Konsekuensi Semakin Banyaknya Pemeriksaan Angka Kasus Baru Positif Covid-19 Melonjak Doni Monardo

Konsekuensi Semakin Banyaknya Pemeriksaan Angka Kasus Baru Positif Covid-19 Melonjak Doni Monardo

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Doni Monardo angkat bicara mengenai lonjakan penambahan kasus Covid 19 yang mencapai 2.652 kasus, Kamis(9/7/2020). Menurut Doni Monardo konsekuensi dari semakin banyaknya uji spesimen, kemungkinan temuan kasus positif Covid 19 semakin besar. "Hari ini sudah capai lebih dari 23 ribu diperiksa. Artinya konsekuensi makin banyak yang diperiksa otomatis semakin banyak kemungkinan kasus positif," kata Doni Monardo di Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020).

Bila melihat data secara keseluruhan, menurutnya tingkat kematian akibat Covid 19 sekarang ini tidak jauh berbeda dengan periode sebelum lebaran, Mei lalu. "Jadi di kisaran 30, 40, 50 jiwa per hari. Memang pernah 81 tapi sisanya semua di bawah itu," kata Doni. Menurut Mantan Danjen Kopassus tersebut, meningkatnya temuan positif Covid 19 setiap harinya, tidak bisa dihindari.

Hal terpenting menurutnya bed occupancy ratio rumah sakit menurun, artinya jumlah ketersediaan tempat tidur di rumah sakit semakin banyak. "Hanya di beberapa daerah saja di mana jumlah bed occupancy ratio nya mendekati 100. Tetapi selain itu rata rata di bawah 60%. Bahkan ada beberapa kota yang melampaui 100% lebih sekarang di bawah 40%." "Jadi kita lihat kasus banyak angka kematian kecil, kemudian yang dirawat kecil, artinya yang positif ini adalah keluarga yang ringan atau yang kita istilahkan masyarakat tanpa gejala atau OTG," katanya.

Gugus Tugas Nasional melakukan pemutakhiran data zonasi risiko daerah per 5 Juli 2020. Berdasarkan data terkini terdapat 104 kabupaten dan kota yang terdaftar dalam zona hijau atau wilayah tidak terdampak Covid 19. Ahli Epidemiologi Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Dewi Nur Aisyah menegaskan bahwa walaupun suatu wilayah dikategorikan sebagai zona hijau, belum tentu wilayah tersebut aman dari penularan Covid 19.

"Warna hijau belum tentu aman. Jadi jangan pernah mengatakan ada wilayah yang aman karena masing masing wilayah punya risiko," kata Dewi dalam siaran pers BNPB, Rabu (8/7/2020). Menurut Dewi Gugus Tugas Nasional membuat zonasi wilayah untuk mengukur risiko di sebuah wilayah, seberapa rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan 15 indikator kesehatan masyarakat. Ia menambahkan pada masa adaptasi kebiasaan baru, pemerintah dengan hati hati menentukan sektor mana saja yang dapat beroperasi terlebih dahulu.

Untuk sektor pariwisata baru hanya dibuka untuk kawasan wisata alam serta konservasi dan baru akan dibuka untuk zona hijau dan kuning. Pembukaan sektor dan aktivitas di setiap zona juga dilakukan secara bertahap, terlebih dengan adanya peningkatan kasus positif Covid 19 yang masih terus meningkat. Dewi mengimbau kepada masyarakat yang ada di zona hijau atau ingin berpergian ke zona hijau untuk tetap waspada dan tidak menganggap bahwa zona hijau berarti tidak ada potensi penularan Covid 19 .

"Jangan menganggap karena zona hijau, kita bisa kesana atau liburan kesana saja. Justru kalau tidak hati hati nanti jadi sumber penularan dan bisa jadi imported case karena dari luar masuk ke zona hijau. Jadi tidak bisa dengan cepat melihat kalau hijau berarti aman. Intinya kita masih dalam masa masa yang harus tetap waspada," katanya. Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid 19 hingga 85 persen. Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.

"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020). Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid 19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan. Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.

Sebagaimana diketahui virus SARS CoV 2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur. Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik. "Virus corona jenis baru penyebab Covid 19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.

Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang barang yang disentuh orang banyak. Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan. "Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.

Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum. Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi. "Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.

"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.

Leave a Reply

Your email address will not be published.