Pada Rabu (11/11/2020), ledakan bom terjadi di Jeddah, Arab Saudi. Dalam peristiwa tersebut, pejabat resmi mengungkapkan setidaknya tiga orang dilaporkan terluka. Aksi bom itu terjadi saat upacara internasional dalam rangka memperingati akhir Perang Dunia I.
Upacara tersebut digelar di sebuah pemakaman di Jeddah. Sejumlah perwakilan negara diketahui menghadiri acara tersebut. Terkait ledakan itu, kedutaan besar Prancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat yang semuanya terkait dengan upacara peringatan akhir Perang Dunia I kompak menyebut serangan bom sebagai tindakan pengecut.
Press rilis Kedutaan Besar Inggris terkait serangan di pemakaman Jeddah hari ini. Kami mengutuk keras serangan pengecut ini, berharap mereka yang terluka segera pulih, dan mendukung otoritas Saudi menyelidiki serangan ini ," cuit Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris, Rabu. Dalam pernyataan yang dicantumkan Kedubes Inggris di Twitter, tertulis Prancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat, sepakat mengutuk aksi bom di Jeddah.
"11 November 2020 Pres rilis dari kedutaan besar Prancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Pagi ini, di pemakaman Jeddah, sebuah upacara peringatan akhir Perang Dunia I menjadi target serangan ledakan.
Kedubes Prancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat, yang menghadiri upacara tersebut, benar benar mengutuk tindakan pengecut ini. Serangan seperti itu terhadap orang tak bersalah, sangat memalukan dan sepenuhnya tidak bisa dibenarkan. Kami berharap korban terluka bisa segera pulih, dan terima kasih pada keberanian Saudi yang telah membantu mereka saat kejadian.
Kami mendukung otoritas Saudi dalam penyelidikan dan mengusut pelaku. " Dilansir yang mengutip The Independent , Nadia Chaaya, seorang pejabat yang mewakili warga negara Prancis yang tinggal di Arab Saudi, menghadiri upacara saat ledakan terjadi. Dia mengatakan kepada Associated Press ada sekitar 20 orang dari berbagai negara yang hadir.
Dia sebelumnya mengatakan pada jaringan Prancis BFM, dia mendengar ledakan ketika konsul jenderal Prancis mendekati akhir pidatonya. “Kami tentu saja dalam mode pank, kami sangat takut untuk melihat apakah akan ada gelombang kedua,” katanya. Sementara itu, seorang Pejabat Saudi mengatakan penyelidikan sedang dilakukan.