AS Lakukan Ini Diam-diam Ternyata Banyak yang Cacat Amerika Mengimpor Alat Tes Covid-19 dari Korea

AS Lakukan Ini Diam-diam Ternyata Banyak yang Cacat Amerika Mengimpor Alat Tes Covid-19 dari Korea

Korea Selatan diketahui kerap mengimpor alat tes Covid 19 ke berbagai negara. Salah satunya Amerika Serikat, lebih tepatnya negara bagian Maryland. Laporan itu diberitakan The Washington Post pada Jumat, 20 November 2020.

Gubernur Maryland beberapa waktu lalu mengimpor alat tes Covid 19 dari negeri ginseng tersebut. Gubernur Maryland, Larry Hogan menghabiskan sekitar 9,46 juta dollar AS (Rp 134,14 miliar) pada April lalu. Uang tersebut mendapatkan sekitar 500.000 alat tesvirus coronadari Korea Selatan.

Namun, ternyata alat alat tes itu ternyata cacat. Akhirnya, negara bagian tersebut memutar otak untuk mencari cara lain. Maryland 'diam diam' membayar 2,5 juta dollar (Rp 35,44 miliar) tambahan untuk mendapatkan 500.000 alat tes pengganti.

Dikatakan juga bahwa laboratorium Universitas Maryland tidak memakai alat tes pengganti setelah serentetan dugaan positif yang salah, tetapi lab lab swasta masih memakainya. The Washington Post melanjutkan, lab swasta memakai sekitar 370.000alat tes Covid 19pengganti. Hogan yang kerap mengkritik Presiden Donald Trump memuji kedatanganalat tes virus coronadari "Negeri Ginseng" itu saat tiba pada April, dan berterima kasih kepada istrinya yang lahir diKorselatas bantuan untuk mendapatkannya.

Sampai berita ini diunggah Hogan belum berkomentar tentang berita dari The Washington Post . Pemerintah berupaya mengejar ketertinggalannya dari pencapaian angka testing (pemeriksaan) Covid 19, sesuai standar Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid 19 ProfWiku Adisasmito, kapasitas testing per wilayah disesuaikan kepadatan populasinya.

Untuk kapasitas secara nasional, dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 267 juta jiwa, diperlukan testing sebanyak 267.000 orang per minggu. Sejak awal Juni hingga minggu ketiga Oktober 2020, terlihat adanya tren peningkatan testing yang baik. Meski kembali melemah pada dua pekan selanjutnya, namun kembali melesat hingga pekan ini.

"Dan kapasitasnya hampir mendekati target standar WHO berada di 86,25% pada November minggu kedua. Dan kondisi ini menjadi evaluasi bersama khususnya bagi pemerintah daerah terkait kapasitas testing," ujarnya dalam keterangan, Jumat (19/11/2020). Wiku menilai, kemampuan testing dilihat dari jumlah laboratorium yang ada, kemampuan laboratorium melakukan testing, dan melaporkanya. Karena dari data yang diterima Satgas Penanganan Covid 19, terdapat tren menurunnya kapasitas testing pada hari hari tertentu, khususnya masa liburan.

"Ini harusnya kita hindari, karena kita sudah cukup lama menghadapi pandemi Covid 19. Kami menyayangkan hal ini terjadi mengingat virus ini tidak mengenal hari libur, maka kita tidak lepas tangan dalam kondisi ini," kata Wiku. Pemerintah meminta agar pemda setempat untuk menambah dan memperbaiki mekanisme operasional laboratorium melalui penambahan jumlah shift laboran, dan pemberian insentif yang sepadan dan tentunya koordinasi dengan pemerintah pusat.

Selain itu perlu pula pemeriksaan terkait kesesuaian reagen dengan alat testing yang digunakan. Dirinya mengakui, tidak mudah mencapai sistem kesehatan sempurna di negara dengan geografis luas seperti Indonesia. "Akan tetapi, saya tekankan, bahwa kondisi ideal tersebut bukan tidak mungkin terjadi karena pencapaian saat ini sudah 86 persen lebih," ujarnya.

Sebagaimana diketahui selain melakukan penanganan terhadap pasien positif covid 19 baik dengan gejala atau tanpa gejala. Pemerintah lewatSatgas Covid 19saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M yakni memakai masker, rajin mencuci tangan, dan selalu menjaga jarak. Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid 19 banyak datang dari pergerakan manusia.

Karena itu, pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.