PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region III mencatat konsumsi BBM kembali normal hingga pertengahan Agustus 2020. Unit Manager Communication Relations & CSR MOR III Eko Kristiawan mengatakan untuk wilayah MOR III BBM jenis Gasoline (Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo) konsumsi rata rata harian telah mencapai 23.808 Kilo Liter (KL) per hari. “Sejak Pemerintah memberlakukan masa transisi tatanan baru tahap I pada Juni 2020, terutama untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, konsumsi BBM baik gasoline maupun gas oil berangsur meningkat,” ujar Eko, Jumat (21/8/2020).
"Ini mencerminkan konsumsi BBM masyarakat mulai mendekati kondisi normal, yakni sekitar 91 persen dari normal 26 ribu KL per hari," tambahnya. Sedangkan, konsumsi BBM jenis Gasoil (Biosolar, Dexlite dan Pertamina Dex) telah mencapai 8.281 KL per hari, atau telah mencapai 85 persen dari konsumsi harian rata rata pada kondisi normal periode Januari Februari sekitar 9.811 KL. Diantara wilayah MOR III, konsumsi BBM sudah mulai menggeliat di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), di mana konsumsi rata rata hariannya terhadap BBM jenis Gasoline pada Agustus sudah mencapai 109 persen dari konsumsi normal.
Sementara untuk BBM jenis Gasoil, kenaikan konsumsi di Ciayumajakuning sudah mencapai 93 persen dari konsumsi kondisi normal. Konsumsi BBM di wilayah Sukabumi dan Cianjur juga tinggi. Hal ini tercermin dari konsumsi BBM jenis Gasoline yakni Premium dan Pertamax Series mencapai 1.200 KL atau sekitar 106 persen dari kondisi normal.
Sedangkan Gasoil hampir mencapai 300 KL, atau 90 persen dari kondisi normal. Sementara itu di wilayah Ibu Kota dan Bogor Depok (Jabode), konsumsi BBM jenis Gasoline telah mencapai lebih dari 7 ribu KL, atau sebesar 81 persen dari konsumsi normal. Sedangkan Gasoil, mencapai 79 persen dari konsumsi sebelum Pandemi, atau masih berkisar 2.000 KL per hari.
“Dalam kondisi pandemi saat ini, kami mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan. Salah satunya, dengan menggunakan bahan bakar berkualitas yang memiliki kandungan oktan tinggi, sehingga memiliki kandungan zat buang lebih sedikit dan lebih bersih untuk lingkungan,” jelas Eko.